Network
PIKIRAN RAKYAT BMR - Dibalik menjamurnya badut jalanan di Kota Kotamobagu, terdapat pundi-pundi rupiah yang mengalir kepada para penyedia kostum.
Sayangnya, meski memiliki keuntungan dari segi ekonomis, terdapat sebuah fakta yang menjadi sisi kelam bisnis badut jalanan.
Bisnis badut jalanan diduga telah menjadi salah satu sarana, modus eksploitasi anak oleh oknum-oknum tak bertanggung jawab.
Pasalnya, tak jarang dijumpai pekerja badut jalanan yang ternyata merupakan anak dibawah umur.
Terbukti, saat Pemerintah Kota Kotamobagu melalui Dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) melakukan razia badut jalanan,Rabu, 12 Juni 2024 sore, terdapat sejumlah anak dibawah umur yang terjaring.
“Pekerja badut jalanan ini sebagian besar adalah anak-anak, kami sudah dua kali melakukan penertiban dan menyita kostum badut yang dikenakan anak-anak. Hari ini kami merazia 7 kepala badut yang dipakai anak-anak di beberapa titik,” ungkap Kepala Dinas Satpol PP Kotamobagu, Sahaya Mokoginta.
Pihak Satpol PP sendiri sebenarnya telah memberikan teguran kepada para penyedia kostum badut jalanan untuk tidak menyewakan kostum pada anak dibawah umur, bahkan telah dilakukan perjanjian.
Sayangnya, masih terdapat oknum-oknum tak bertanggung jawab yang masih mempekerjakan anak dibawah umur sebagai badut jalanan.
Hal tersebut tercermin dari terjaringnya 7 anak dibawah umur pada penertiban kali ini.
Alhasil, Satpol PP Kotamobagu pun memberikan saksi tegas dengan tidak mengembalikan kostum sitaan kepada para pemilik.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (P3A) Kotamobagu, Sarida Mokoginta pun telah memberikan tanggapan terhadap fenomena ini.
